Pj Bupati Barsel Apresiasi Publikasi Stunting dan Deklerasi Basno 2022, ini Harapnya

Pj Bupati Barsel Apresiasi Publikasi Stunting dan Deklerasi Basno 2022, ini Harapnya

bajentabajurah.com
BUNTOK,- Dinas Kesehatan Kabupaten Barsel publikasi stunting dan deklarasi Banso tahun 2022 mendapat apresiasi langsung dari Pj. Bupati Barsel, Lisda Arriyana.

Pj. Bupati Barsel Lisda Arriyana deklarasi Banso Tahun 2022 sekaligus Publikasi Stunting oleh Dinas Kesehatan Barsel, Selasa 20/12/2022

Publikasi stunting merupakan rangkaian dari delapan aksi konvergensi upaya percepatan penanggulangan stunting dengan data publikasi dapat di jadikan acuan dalam pencegahan dan penanganan stunting tahun 2023.

“Mudah-mudahan kegiatan ini mampu menguatkan komitmen seluruh pihak yang hadir dalam menanggulangi permasalahan stunting bersama-sama, serta dalam merealisasikan program yang telah di rancang untuk itu secara pribadi saya sangat apresiasi” ucap Lisda Arriyana, Selasa 20/12/2022.

Sebagaimana diketahui, permasalahan stunting menjadi agenda pembangunan Nasional, mengacu pada keputusan menteri perencanaan pembangunan Nasional/kepala BAPPENAS NO.KEP.10/M.PPN/HK/02/2021,25 Februari 2021 Kabupaten Barsel.

“Termasuk salah satu dari 360 kabupaten kota sasaran intervensi penurunan stunting terintegrasi tahun 2021 berdasarkan hasil survey status gizi Indonesia yang dilaksanakan kementrian kesehatan,” terangnya.

Prevalensi stunting di Barsel, mencapai angka 31,4 persen atau menurun 9,3 persen dari angka 40,7 persen tahun 2018 Pemkab Barsel dalam penurunan stunting,dengan demikian masih tinggi dan harus diatasi bersama-sama serta memerlukan sinergi antar berbagai pihak.

Artinya kita harus menurunkan sebesar 17,4 persen dalam dua tahun kedepannya.Kondisi tersebut ditambah dengan permasalahan akan kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan gizi sebelum pada masa kehamilan yang dapat berdampak serius terhadap janin,” ungkapnya.

Secara tekhnis lanjut ia, terdapat tiga pendekatan dalam pelaksanaan Rencana Aksi Nasional percepatan penurunan stunting yaitu dengan pendekatan keluarga beresiko stunting yang di lakukan dengan intervensi hulu,pencegahan lahirnya bayi stunting dan penanganan balita stunting.

Untuk yang kedua, melalui pendekatan multi sektor dan multipihak yaitu unsur kolaborasi yang menggabungkan berbagai pihak.Diantaranya ,pemerintah dan unsur pemangku kepentingan seperti dunia usaha perguruan tinggi masyarakat dan media.

Ketiga, pendekatan gizi terpadu dengan melakukan intervensi spesifik dan sensitif.

Berfokus pada kesehatan dan kecukupan gizi 3 bulan calon pengantin ibu hamil,ibu masa subur melahirkan, dan balita di dukung dengan penyedian sanitasi, akses air bersih serta bantuan sosial.

” Untuk itu saya minta di tingkat Desa,kelurahan, bidan Desa dan petugas gizi poskesmas bersma-sama dengan kader masing-masing untuk melakukan penulusuran,penemuan bayi dan balita berpotensi stunting dengan ciri-ciri balita dua bulan berturut-turut tidak naik berat badan’ tutupnya (AR).

Barito Selatan